Wawancara dengan Majalah Desain Versus: “Garuda Pancasila dan Indonesian Creative Heroes”

Wawancara dengan majalah desain Versus

Sudilah kiranya Pak Hanny menyumbang pemikiran atas pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Tentang GARUDA PANCASILA:

a. Apa definisi Garuda Pancasila di dalam hati Anda?

Bagi generasi seusia saya mungkin sulit menghapus kesan ‘kesaktian’ Pancasila sebagaimana yang telah dicuciotakkan selama 32 tahun masa pemerintahan Orde Baru, tetapi itulah yang semestinya diupayakan, bahwa Pancasila adalah inspirasi, dan bukan sesuatu yang sakti, keramat dan doktrinal.

b. Sejujurnya, hapalkah Anda dengan lagunya?

Sejujurnya, tidak ada satu pun lirik lagu apa pun yang saya hafal lagi sepenuhnya saat ini.

Dan menghafal lirik sebuah lagu nasional tidak sama dengan menjadi nasionalis.

c. Apakah menurut Anda, Garuda Pancasila sudah bisa dianggap sebagai Logo Indonesia?

Kalau ya, mengapa? Kalau tidak, mengapa?

Sebagai logo, makna yang diusungnya sudah bagus: “burung garuda” memiliki arti kekuatan, menggambarkan Indonesia negara yang kuat. Masalahnya apakah makna ini masih mencerminkan kondisi bangsa dan negara kita saat ini?

d. Masih adakah yang ingin Anda ubah dari Garuda Pancasila? Mengapa? Dan seperti apa perubahan yang ingin Anda lakukan?

Visualnya boleh ‘diremajakan’, untuk meraih simpati (dan kemudian: empati) dari generasi muda, seperti yang banyak dilakukan terhadap logo perusahaan-perusahaan negara (BUMN) mau pun swasta.

e. Bagaimana tanggapan Anda saat Armani Exchange menggunakan Garuda Pancasila sbg motif t-shirt-nya, dan mengubah bbrp lambang menjadi huruf AIX ?

Dalam kaitannya dengan HKI, sebuah logo tidak bisa dipergunakan apalagi dimodifikasi oleh yang tidak berhak (bukan pemegang hak cipta atau hak mereknya), kecuali ada perjanjian lain dengan penciptanya.

f. Menurut Anda, bolehkah tampilan Garuda Pancasila di eksplor untuk kepentingan Seni ataupun Komersil? Mengapa?

Bila logo anda atau logo institusi anda dipergunakan oleh pihak lain, apalagi untuk kepentingan komersial, apakah anda rela?

g. Pernahkan Anda menemukan eksplorasi desain lain dari GARUDA PANCASILA? Dimana? Oleh siapa? Ceritakan apa yg ada dlm pikiran Anda saat melihat desain tsb.

  • Adityayoga (Indonesia Raya): “I love (Garuda Pancasila) RI”.
  • Iwan dan Indah Esjepe (Indonesia Berindak): burung garudanya tidak digambarkan statis, tapi terbang dengan perisai Pancasila menggantung di leher dan kaki menggenggam erat-erat banner Bhinneka Tunggal Ika. Keduanya mencitrakan: “proud to be Indonesian”.

2. Siapa sebenarnya yg bisa disebut sebagai orang Indonesia? Yang terlahir sebagai Melayu kah? Atau? Berikan pandangan Anda…

Kita bisa berdebat kusir mengenai hal ini, tapi apa manfaatnya? Manusia Indonesia adalah warga negara Indonesia, itu saja.

3. Siapa saja yang menurut Anda sudah bisa dijuluki sebagai INDONESIA CREATIVE HEROES? Sebutkan nama, profesi dan apa saja yg sudah dilakukan oleh orang-orang yang Anda nilai sbg hero tsb.

Terlepas dari kontroversi mengenai ideologinya: Pramoedya Ananta Toer, karena:

  • Keterlibatannya sebagai pejuang kemerdekaan pada zaman penjajahan Belanda.
  • Pembelaannya terhadap nasib kaum Tionghoa di Indonesia dalam bukunya “Hoa Kiau di Indonesia”.
  • Pramoedya adalah satu-satunya penulis Indonesia yang pernah berkali-kali dinominasikan sebagai peraih penghargaan Nobel Sastra.
  • Reputasi internasionalnya sulit ditandingi oleh insan kreatif Indonesia lainnya. Dia telah menulis sekitar 200 buku dan karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam 36 bahasa.
  • Ia pernah menolak sutradara Amerika, Oliver Stone yang ingin membeli hak memfilmkan “Bumi Manusia” sebesar US$ 1,5 juta (sekitar 15 miliar rupiah) hanya karena Pram menginginkan orang Indonesia yang menjadi produsernya.
  • Walau berkali-kali di penjara (dalam tiga periode: zaman Belanda, Orde Lama dan Orde Baru) dan tidak dihargai di negerinya sendiri, Pram tetap mencintai Indonesia. Pada usia 81 tahun ia menderita sakit karena sedih mendengar berita berbagai bencana yang menimpa negerinya.
  • Dan ketika kesehatan membuatnya tak dapat menulis lagi, kegiatannya dialihkan pada mengumpulkan kliping hingga setinggi 4 meter untuk proyek Ensiklopedia Nusantara. Proyek itu rencananya akan mulai dikerjakan dengan uang yang akan diterimanya jika ia menerima penghargaan Nobel.

4. Bagaimana dengan Bhinneka Tunggal Ika?

Tiap sila di dalam Pancasila tidak bisa mutlak berdiri sendiri-sendiri, semestinya ditafsirkan secara kreatif dalam kaitannya dengan sila-sila lainnya.

Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu, merujuk ke sila ke-3: kesatuan bangsa, atau nasionalisme. Sila ini tidak bisa dijalankan tanpa mengindahkan nilai humanisme (sila ke-2). Jadi di atas nasionalisme, kita masih memiliki nilai-nilai perikemanusiaan. Ini menghindarkan kita dari menafsirkan nasionalisme secara sempit (misalnya, boleh melakukan kekerasan atas nama nasionalisme).

Dan di atas semua sila itu ada nilai spirituality (sila ke-1).

Jadi penafsiran sebuah sila harus memperhitungkan keterkaitannya dengan sila-sila lainnya.

Jakarta, 29 Juni 2010

•••

Leave a comment