Happiness

Q: Sesuai pembicaraan kita beberapa waktu ini, dan bimbingan pak Hanny yang bisa saya serap tentang fokus yang harus saya perhatikan, saya mohon petunjuknya, bagaimana dengan pengertian freedom + joy + hope = happiness?
– dari seorang desainer grafis lulusan DKV UPH 2007, 2007

A: Pertanyaan anda ini terpaksa mesti ditarik ke wilayah spiritual.

Mengapa Tuhan menciptakan kita begitu beragam, setiap orang diberiNya kemampuan/keahlian yang berbeda-beda? Karena Tuhan menginginkan agar dengan kemampuan kita masing-masing itu kita bisa saling melayani.

‘Freedom’ merupakan kebebasan untuk memilih. Tuhan tidak memaksakan kehendakNya, dia memberikan pilihan kepada setiap orang untuk berbuat sesuatu, sesuai dengan minat dan kemampuannya masing-masing. Maka setiap orang semestinya berusaha ‘mendengar’ kan naluri (dorongan batin) nya masing-masing untuk mengetahui apa saja yang menjadi minatnya, dan kemudian menjadikan minatnya itu sebagai bidang pilihannya untuk melayani.

Tanda bahwa kita telah bekerja sesuai dengan minat kita itu adalah antusiasme atau ‘joy’ itu. Jadi ‘joy’ di sini bisa ditafsirkan sebagai kegembiraan yang diperoleh dari melayani orang lain sesuai dengan kemampuan kita. Ketika kita melakukan apa yang kita ‘suka’ lakukan maka kita tidak membutuhkan seorang pun untuk memotivasi kita, atau mengawasi pekerjaan kita, bahkan kita tidak membutuhkan penghargaan atau tepuk tangan, karena kita senang melayani dengan cara kita itu.

Dan hasrat yang kuat membawa kepada kesempurnaan. Kalau kita tidak peduli pada tugas kita tidak mungkin kita menjadi menonjol atau hebat di bidang itu. Orang-orang yang sukses di bidangnya adalah orang-orang yang bekerja karena hasrat (passion) yang kuat. Maka ‘happiness’ menjadi sesuatu yang dengan sendirinya terjadi kalau kita mengerjakan tugas kita dengan sepenuh hati sesuai dengan minat dan kemampuan kita itu.

Jadi di sini, keyword-nya adalah ‘pelayanan’ dan kita diciptakan di dunia ini untuk menjadi ‘pelayan’.

•••

Registered Graphic Designer

Sebagai referensi, di bawah ini saya kutipkan hal-hal mengenai akreditasi profesi desainer grafis yang telah berhasil dilakukan oleh RGD Ontario, Canada.

Q: What is The Association of Registered Graphic Designers of Ontario (RGD Ontario)?
A: In 1996, RGD Ontario became the self-regulatory, professional body for graphic designers in the province of Ontario. The Association grants graphic designers who qualify the right to the exclusive use of the designations Registered Graphic Designer and R.G.D. and is the governing and disciplinary body for its members. RGD Ontario is the only graphic design association in Canada to have such legislation.

Q: What is a Registered Graphic Designer?
A: A Registered Graphic Designer (R.G.D.) is a graphic design practitioner, manager or educator who has met the Association’s qualification criteria and has been granted the right to use these professional designations. No one else may use the designations Registered Graphic Designer or R.G.D. Persons in Ontario who are not Registered Graphic Designers are not excluded from practising graphic design. The R.G.D. and Registered Graphic Designer designations are signals of quality and competence to the profession, the public and the government.

Q: Why hire an R.G.D.?
A: Industries and community benefit from the presence of R.G.D.s in their area. These benefits may include the following:
• You may be assured that the R.G.D. you hire has met the standards necessary to practise as an accredited graphic designer.
• R.G.D.s are governed by the Association’s Rules of Professional Conduct – offering greater certainty of fair and ethical practice in business dealings with clients, industry and fellow practitioners.
• You can be secure in the knowledge that any concerns you may have will be heard by the Association of Registered Graphic Designers of Ontario, which is empowered to discipline its R.G.D. members.

Q: How to select an R.G.D.?
A: Choosing a Registered Graphic Designer capable of providing the scope and quality required to meet your needs is not complicated. Follow the same process you would for selecting any supplier for your business: ask friends and business associates for a referral; source the designer of work you have seen or admired; gather information from design publications, workshops or seminars.

Q: How can I get involved with RGD Ontario?
A: RGD Ontario welcomes new members.

Provisional membership: If you have graduated from a three- or four-year graphic design program, and you are working as a graphic designer in Ontario, but you do not yet have seven years of combined education and experience, you may be eligible for Provisional membership. A provisional membership runs from January to December and the cost is $75 plus GST annually.

Student membership: If you are registered full-time in a three- or four-year graphic design program in the province of Ontario, you may be eligible for Student membership. A Student membership runs from September to August of the following year and the cost is $25 plus GST annually. RGD Ontario offers an annual Scholarship Awards program for Student members.

Student Subscriber: If you are registered full-time in a post-secondary educational program that is not a three- or four-year program of graphic design in Ontario, you are eligible to become a student Subscriber. For example, if you are enrolled in a graphic design program outside of Ontario, or you are enrolled in a two-year program in a related field such as Advertising and Design.

Associate membership: If you are not engaged in the practice or instruction of graphic design in Ontario, but you are active in an allied profession, or you own a business, organization, or institution that employs Members, you may be eligible for Associate membership. An Associate membership runs from January to December and the cost is $500 plus GST annually.

Professional – Registered Graphic Designer or R.G.D.:
A Registered Graphic Designer and R.G.D. is a graphic design practitioner, manager or educator who has met the Association’s qualification criteria and has been granted the right to use these professional designations. No one else may use the designations Registered Graphic Designer or R.G.D. A Registered Member receives a membership number, membership card, certificate and embossing seal. The R.G.D. and Registered Graphic Designer designations are signals of quality and competence to the profession, the public and the government.

For more info on the R.G.D. Qualification Examination, go to http://www.rgdexamboard.com.

Memaknai Kompetisi

(Sebuah renungan menyertai Kompetisi Desain ‘1001 Cover Concept’-April 2007)

Apa yang terjadi jika sejak kecil, mulai dari lingkungan keluarga, kita dididik untuk selalu memenangkan kompetisi? Tidakkah sistem ranking di sekolah telah memacu para siswa untuk mencapai yang terbaik, dengan cara apa pun, bahkan seandainya dengan cara tidak jujur sekalipun (nyontek, beli soal dsb)? Dan bagaimana kalau kebiasaan itu kemudian kita bawa ke lingkungan kita berikutnya, tempat kerja kita? Bukankah akumulasi dari kebiasaan berkompetisi ini suatu saat akan bermetamorfose menjadi benih kanker korupsi? Korupsi, tidak saja dalam arti harafiah tapi juga mental? Jiplak menjiplak misalnya.

Lalu apakah berkompetisi selalu bersifat negatif? Tidak juga, yaitu kalau kebiasaan berkompetisi ini diarahkan ke diri sendiri, bukan terhadap orang lain. Bukankah sejarah mencatat kebudayaan berkembang karena manusia terus berusaha meningkatkan pencapaian dirinya? Hari ini mesti lebih baik dari kemarin, dan besok lebih baik lagi dari hari ini. Lebih baik bukan dari saingan anda tapi… dari diri anda sendiri sebelumnya!

Belajarlah kepada Edison, Newton atau Einstein. Atau tontonlah ‘October Sky’, kisah nyata keteladanan Homer Hickam memenangkan kompetisi terhadap dirinya sendiri. Semuanya bermula ketika Homer menyaksikan satelit pertama Sputnik melintas di kotanya yang menginspirasinya untuk belajar membuat roket. Dibantu oleh beberapa temannya, dari hari ke hari Homer terus berusaha meningkatkan kinerja roket yang dibuatnya secara trial-and-error itu (dimulai dari 30 kembang api!), sehingga akhirnya berhasil membuat pencapaian jarak terjauh yang dimungkinkan oleh sebuah roket rumahan. Pada bagian akhir film dikisahkan Homer dkk mengirimkan hasil karyanya ke kompetisi tahunan National Science Awards, dan berhasil memenangkannya. Pencapaian diri yang diperoleh dengan menaklukkan berbagai rintangan yang semakin sulit, yang pada gilirannya membentuk kematangan pribadi dan mengantar Homer ke takdirnya sebagai instruktur NASA.

Dalam berkarya, galilah potensi diri anda sendiri, temukanlah jati diri anda. Anda tidak harus dan tidak perlu membandingkan kemampuan anda dengan desainer lainnya. Mengapa demikian? Karena Tuhan merancang kita masing-masing sedemikian uniknya sehingga tidak ada yang benar-benar serupa di dunia ini. Dengan demikian tiap desainer diharapkan mampu menemukan keunikannya masing-masing dan kemudian menjalankan perannya yang berbeda-beda.

Yang jago menggambar, karyanya akan memiliki kandungan ilustrasi yang imajinatif (Tadanori Yokoo, Tjahjono Abdi). Yang memiliki sense yang kuat di bidang tipografi akan berkomunikasi secara persuasif melalui huruf (Kit Hinrichs, Danton Sihombing). Yang kuat di fotografi akan melahirkan karya desain yang fotografis-ekspresionistik (Hipgnosis/StormThorgerson). Jadi selalu ada bidang-bidang khusus di mana tiap desainer bisa melayani masyarakatnya sesuai dengan kemampuannya.

Renungan singkat ini saya akhiri dengan kata-kata bijak Dalai Lama: “I think there are two types of competition, or even a variety. One type you usually see quite often, a certain kind of jealousy, or some negative motivation, and then, of course, competition and compassion are contradictory. Then there is another kind of competition, I think, with a sincere motivation. For example, sometimes we as individuals, even within ourselves, feel: ‘Yesterday, I did such and such a thing. Today I have to do it better than yesterday.’ You see, there is some kind of competitive feeling, but there is no negative motivation.” (‘Art Meets Science and Spirituality in a Changing Economy’, edited by Louwrien Wijers, hal. 58).

Copyright © 2007 Hanny Kardinata

Graphic Design: QnA 2

Q: Saya ingin bertanya ke pak Hanny saja. Menurut saya, kelompok akademisi dalam Adgi itu sifatnya kan edukasi, jadi apakah tidak sebaiknya dilindungi sehingga kader-kader Adgi berikutnya akan lahir dari kelompok tersebut yang akan menjaga establishment Adgi di masa depan, yang notabene saat ini belum mapan dalam hal keuangan. Saya melihat (mungkin) dengan iuran yang lebih terjangkau, kelompok ini akan membantu Adgi dari beberapa hal (saya melihat studi kasus AIGA dengan kampus-kampus desain di US):
1. ketika Adgi butuh venue untuk menyelenggarakan konferensi akan lebih mudah rasanya bila mendapat tempat di kampus, lebih murah dari segi budget, dibantu koordinasi oleh mahasiswa untuk menyelenggarakan event-nya, serta merupakan suatu promosi yang baik.
2. keuntungan bagi kampus: mahasiswa belajar, dosen belajar, kampusnya naik namanya (mungkin) dan keuntungan Adgi: mendapatkan dukungan yang baik dari lingkungan edukasi desain, penumbuhan kader2 baru serta mendapat bantuan koordinasi event.

Visi dan misi Adgi sudah jelas di bidang penjagaan profesi desain grafis bagi yang memiliki dan menjalankan usaha desain grafis. Namun, apakah visi dan misi ini sudah mencakup kebijakan atau regulasi kerja atas profesinya sendiri, misalnya problematika tentang kompensasi dan perlakuan adil terhadap karyawan desain? Saya melihat banyak contoh desainer grafis di ibukota yang digaji dengan kompensasi pas-pasan untuk hidup, padahal eksploitasi mereka di biro-biro desain tertentu melebihi kapasitasnya. Saya merasa visi dan misi Adgi belum menjangkau mereka.

Ini sifatnya hanya usulan pemikiran saya mengingat juga neo-Adgi ini baru established dalam beberapa tahun. Pemikiran saya muncul hanya atas azas pembelajaran saya dalam usaha memahami profesi desainer grafis di Indonesia ini.

Menurut pak Hanny bagaimana?

– dari seorang mahasiswa DKV ITB tingkat akhir, awal 2007

A: Idealnya sebuah organisasi profesi itu memang bisa mengakomodasi kepentingan semua pihak termasuk akademisi, juga kepentingan para desainer yang bekerja di studio-studio desain, bukan owner-nya saja. Tetapi bagaimana kita bisa mengharapkan Adgi bisa menghindari benturan-benturan yang mungkin saja terjadi akibat kemungkinan kompleksnya keanggotaannya ini?

Di jaman IPGI dulu pernah tercetus wacana untuk membedakan organisasi desainer dengan organisasi perusahaan. Bahkan sebetulnya sudah sempat terbentuk semacam persatuan perusahaan-perusahaan desain grafis (diberi nama GRID) yang sayangnya belum sempat beraktivitas, sehingga kita tidak pernah memperoleh pembelajaran dari kemungkinan-kemungkinan permasalahan yang mungkin terjadi di antara kedua jenis organisasi itu.

Sebetulnya desainer sekarang beruntung punya dua pilihan untuk berorganisasi, karena juga sudah ada FDGI (Forum Desainer Grafis Indonesia) yang kelihatannya keanggotaannya lebih didominasi oleh individu desainernya daripada owner studio-studio desain. Menarik mengamati manuver kedua organisasi ini dalam blantika industri desain grafis kita di masa depan.

•••

Q: Wacana organisasi profesi ini memang sangat menarik untuk dikaji, terutama ketika saya kemarin sempat ingin ikut keanggotaan Adgi untuk kategori akademisi, namun saya agak ragu, mungkin saya akan melihat keadaan terlebih dahulu. Sebelumnya saya minta maaf kalau saya hanya melihat dari sudut pandang mahasiswa, yang masih belajar.

Menurut saya, benturan-benturan dalam kompleksitas keanggotaan Adgi mungkin bisa diredam dengan kebijakan-kebijakan tertentu dari pihak Adgi. Namun dalam keadaan nyatanya memang hal ini sulit untuk terwujud.

Mengenai permasalahan menjadi dua organisasi menurut saya itu makin memperbesar jurang antara desainer-owner dengan desainer yang staf pekerja, jadi semakin memperuncing kekeruhan. Mungkin alangkah baiknya menjadi satu karena misinya kan sebenarnya satu yakni demi kemajuan profesi desain grafis di indonesia.

Mengenai sertifikasi, saya sebenarnya bingung, apabila ada sertifikasi terhadap profesi desain grafis oleh asosiasi seperti Adgi, masalahnya jadi aneh, lalu peran kampus dkv dalam memberi ijazah standarisasi jadi mubazir dong? Maksud saya jadi tidak jelas ketika seseorang lulus dari kampus masih harus diuji lagi kualitasnya oleh asosiasi. Kalau IDI kan jelas, untuk melindungi dan menjaga sumpah seorang dokter dalam mengemban kewajibannya di bidang kemanusiaan, walau sekarang nampaknya itu semua sudah semu, dokter sudah lebih memperhitungkan keuntungan material daripada tanggung jawab kemanusiaannya. Mungkin saya menangkap maksud pak Hanny seperti notaris/pengacara, mereka lulus dari suatu universitas/law school yang masih perlu ijin praktek dengan surat keabsahan praktek legal. Apakah begitu? (maaf kalau saya salah menafsirkan) atau saya salah? Pendapat saya sih, sepanjang untuk kemajuan desain grafis tapi sifatnya tidak merugikan pihak tertentu sih ok saja, namun prosedurnya agak belum terbayang.

Namun saya pada dasarnya lebih setuju kalau asosiasi seperti Adgi ini punya sifat mengayomi profesi desainer grafis, terutama dalam hal edukasi. Perihal masalah Haki yang sekarang tengah digembar-gemborkan buat saya masih menjadi prioritas kedua karena pada dasarnya suatu karya yang telah dibuat untuk dinikmati publik, rasanya tidak relevan bila masih mempeributkan masalah siapa yang menciptakannya (dalam konteks karya desain, kalau karya musik dan pembajakannya lain hal).

Dalam hal edukasi (menurut saya sih) kalau Adgi menerapkan member fee dalam jumlah sekian tentunya sudah sepatutnya ada pembelajaran bagi member-membernya, misalnya kan Agustus ini di event FGD expo akan hadir Stefan Sagmeister – desainer AIGA dari US, mungkin… hehehe… Adgi akan memberi ID pass untuk ikut acara tersebut tanpa biaya – untuk apresiasi/edukasi – atau kompensasi member fee yang memang diperuntukkan untuk kemajuan desain grafis Indonesia… hehehe…

Waduh pak Hanny, lama kelamaan saya bisa di-black list sama graphic-graphic house yang ada di Jakarta atas surat ini… hehehe… atau bahkan tidak boleh masuk Adgi… hehehe… yah… sebelumnya maaf kalau ada kalimat yang kurang sopan, saya tidak bermaksud untuk mendiskreditkan pihak tertentu.

Kalau boleh saya bertanya, pak Hanny kan mengalami masa IPGI, sebenarnya apa yang terjadi apakah sudah benar seperti diceritakan di majalah Concept edisi yang lalu?

A: Saya juga merasa tidak seharusnya ada dua organisasi yang berbeda kepentingan seperti itu, dulu pun tidak dimaksudkan demikian. Apalagi semua anggota GRID ketika itu adalah anggota IPGI (yang sudah memiliki studio-studio desain sendiri).

Masalah sertifikasi ini kebetulan saja saya pernah dimintai pendapat oleh salah seorang pengurus Adgi. Ketika itu saya jawab bahwa ini masalah yang sangat kompleks, terutama di negara kita yang kualitas desainernya sangat beragam mulai dari yang otodidak, ikut kursus sana-sini sampai yang jebolan sekolah luar. ditambah lagi oleh perkembangan teknologi yang menghasilkan disiplin yang begitu beragam mulai dari yang printed, web hingga ke motion graphics. Tapi kabarnya Ontario-Canada sudah berhasil membuatnya.

Masalah Haki juga tidak terlalu menarik perhatian saya. Ketika salah seorang klien saya mencak-mencak karena desain-desain yang saya ciptakan bagi mereka diikuti (dijiplak) terus-menerus oleh kompetitornya, saya kok malah merasa bangga.

Tulisan saya mengenai IPGI itu saya maksudkan sebagai tulisan awal yang masih bisa dan harus disempurnakan. Karena itu selama proses penulisannya selalu saya forward ke pak Pri dan pak Gauri untuk dikoreksi. Saya menyadari bahwa saya sudah cukup berumur, mungkin saja ada ingatan yang salah, tetapi sejauh ini saya belum menerima koreksi apa pun dari teman-teman lainnya. Mengapa anda menanyakannya? Ada bagian yang ingin dikutip?

Sebetulnya ada kesalahan koreksi yang dilakukan oleh Concept pada paragraf terakhirnya yang diakibatkan program yang dipakai tidak bisa membedakan antara Adgi lama dan Adgi baru. Tetapi itu sudah diralat pada Concept edisi berikutnya: seluruh paragraf itu dimuat ulang! Tolong anda melihat ralatnya pada edisi 14.

•••